Laman

Kamis, 30 Agustus 2012

PEMERIKSAAN BORAKS

Prinsip : Adanya boraks dalam sampel akan memberikan warna khas pada kertas kurkumin yang telah diasamkan dengan HCl pekat

SAMPEL :
Ø Mie basah + boraks ( kontrol )
Ø Mie basah
Ø Kerupuk gendar
Ø Bakso

ALAT - ALAT :
Ø Cawan porselen
Ø Kompor listrik
Ø Tanur
Ø Kertas kurkumin

REAGENSIA :
Ø HCl Pekat
Ø Na2CO3 1 %
Ø Aquadest

PROSEDUR :
Ø Persiapan Sampel
- Ditimbang 5 – 10 gr sampel yang telah dihaluskan
- Dimasukkan kedalam cawan porselen lalu ditambahkan Natrium Karbonat 1% sebanyak 10 ml agar suasana basa sehingga dapat meningkatkan titik pembakaran
- Dipanaskan diatas kompor gas sampai mengarang (ditandai dengan tidak keluarnya asap lagi)
- Dipijarkan pada tanur bersuhu 6000C selama 1 – 2 jam sehingga diperoleh hasil berupa abu putih
Ø Identifikasi Dengan Kertas Kurkumin
- Sampel yang telah diabukan dilarutkan dengan sedikit aquadest panas
- Ditambahkan 3 – 5 tetes HCl pekat
- Dicelupkan kertas kurkumin kedalam campuran tersebut
Ø Interprestasi Hasil
- Positif : Kertas kurkumin berubah warna menjadi merah khas
- Negatif : Bila tidak terjadi perubahan warna

Rabu, 08 Agustus 2012

PEWARNAAN - GRAM

PEWARNAAN GRAM
( GRAM POSITIF dan GRAM NEGATIF )


Tujuan : 

Membedakan bakteri gram positif dan gram negatif.

Dasar Teori :

Teknik pengecatan Gram dikembangkan oleh Hans Christian Gram (dokter berkebangsaan Denmark, 1884). Pengecatan Gram merupakan salah satu langkah awal mengidentifikasi sel bakteri yang memisahkan bakteri menjadi 2 kelompok yaitu bakteri Gram positif (berwarna ungu/biru) dan bakteri Gram negatif (berwarna merah)

Perbedaan 2 kelompok bakteri ini didasarkan pada kemampuan sel menahan (mengikat) warna ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol. Bakteri gram positif tidak mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet dan pada tahap akhir pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin.

Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.

Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek.

Alat dan bahan :

- biakan bakteri

- larutan kristal violet

- larutan iodin

- larutan alkohol (etil alkohol 95%)

- kaca objek dan kaca penutup

- mikroskop

- jarum ose

- bunsen (lampu spiritus)

- aquadesh


Langkah Kerja :





1. Kaca objek dibersihkan dengan alkohol dan dilewatkan beberapa kali pada nyala api bunsen

2. Membuat olesan tipis bakteri dengan mengambil isolat bakteri dengan jarum ose secara aseptis dan diberi 1-2 tetes aquadesh. Kering anginkan dan melewatkannya pada nyala api bunsen (lampu sriritus)

3. Olesan tersebut dibubuhi kristal violet (Gram A = cat utama), dibiarkan selama 30 detik, kemudian dicuci pada air mengalir hingga tetesan menjadi bening, dianginkan hingga kering

4. Dibubuhi dengan larutan iodin (Gram B = larutan mordan), dibiarkan selama 30 detik, kemudian dicuci pada air mengalir hingga tetesan menjadi bening, dianginkan hingga kering

5. Melakukan dekolorisasi dengan dibubuhi etil alkohol 95% selama 10-20 detik, segera aliri dengan air selama beberapa detik untuk menghentikan aktivitas dekolorisasi, dianginkan hingga kering

6. Olesan bakteri ditetesi dengan safranin selama 20-30 detik, dicuci dengan air mengalir selama beberapa detik untuk menghabiskan sisa-sisa cat. Selanjutnya air dihisap dengan kertas penghisap dan kering anginkan

7. Melakukan pengamatan dengan mikroskop dan sel-sel yang tampak, digambar pada lembar kegiatan


Catatan :

- Kegiatan ini memerlukan bimbingan dari guru, membutuhkan peralatan dan bahan laboratorium khusus seperti jarum ose, kaca objek, bunsen, larutan kristal violet, iodin, alkohol, safranin dan mikroskop.

- Teknik aseptis dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi mikroba. Teknik aseptis yang dilakukan pada kegiatan ini pada saat awal membersihkan kaca benda dan pada saat membuat olesan pada kaca benda dari biakan bakteri.




okey yang mau lihat contoh gambar bakterinya ini dianya hehehehehe

  • Gram positif berwarna ungu / biru.
  • Gram negatif berwarna merah muda.

PEWARNAAN SEDERHANA _ Versi tanpa gambar

PEWARNAAN SEDERHANA
disusun untuk memenuhi tugas laporan praktikum bakteriologi 1





Oleh:
Eka Isty Rustanti ( P17434011011 )

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
REGULER A
2011-2012


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan.Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Pewarna asam dapat tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewrna negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain.

Pewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristal violet, safranin dan lain-lain.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bentuk atau morfologi bakteri dengan metode pewarnaan sederhana.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif). Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas object glass yang kemudian difiksasi. Jangan menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya (Campbell dan Reece, 2005).

Banyak senyawa organik berwarna (zat warna) digunakan untuk mewarnai mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopik dan telah dikembangkan prosedur pewarnaan untuk:
- Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme secara kasar.
- Mengidentifikasi bagian-bagian struktural sel mikroorganisme.
- Membantu mengidentifikasi atau membedakan organisme yang serupa (Suriawiria, 1985).

Sel-sel mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak hampir tembus pandang (transparan) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa hingga sukar dilihat karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan cara mewarnai sel-sel tersebut dengan zat-zat warna (Hadioetomo, 1990).

Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998).

Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).

Proses pewarnaan diferensial ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi atas dua kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri. Reagen pertama disebut warna dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas. Reagen kedua disebut bahan pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bilakomponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil akhir tetap warna dasar.
Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri, walaupun biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri sering diamati dalam keadaan olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah oganisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari (Volk dan Whleer, 1998).

Langkah-langkah utama dalam persiapan spesimen mikroba untuk pemeriksaan mikroskopik adalah:
- Penempatan olesan atau lapisan spesimen pada kaca objek.
- Fiksasi olesan pada kaca objek.
- Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna atau reagen (Pelczar, 1986).

Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut adalah pewarnaan untuk:
- Mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri, ragi ataupun fungi.
- Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
- Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
- Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui (Suriawiria, 1985).

Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan memberikan reaksi kalu mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negative. Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga kalau kita memberikan pewarnaan yang bermuatan positif ataupun negatif (Suriawiria, 1985).

Pewarnaan Negatif. Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan latar belakang hitam (Campbell dan Reece, 2005).


III. Alat, Bahan dan Cara Kerja

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan adalah Mikroskop, Gelas Objek, Tissue, Lampu Bunsen, dan Pipet tetes.
Adapun bahan yang digunakan adalah Aquades, Pewarna Safranin, Metilen Blue, Minyak Emersi dan Biakan Bakteri.

3.2 Cara Kerja

Berikut cara kerja yang secara keseluruhan dilakukan:
  1. Menyiapkan cawan petri yang berisi biakan bakteri
  2. Menyiapkan gelas objek
  3. Menetesi aquades pada gelas objek tersebut
  4. Mengambil biakan bakteri menggunakan jarum ose dan meletakkan biakan tersebut pada gelas objek yang sudah diberi aquades
  5. Melakukan fiksasi gelas objek menggunakan lampu bunsen agar bakteri menempel digelas objek
  6. Meneteskan Safranin atau Metilen Blue diatas gelas objek tersebut
  7. Melakukan pengeringanginan agar permukaan merata
  8. Mencuci gelas objek dan membilasnya menggunakan aquades
  9. Menepik-nepik gelas objek tersebut menggunakan tissue
  10. Mengamati dengan mikroskop dari perbesaran terkecil
  11. Memberikan minyak emersi pada kaca objek yang akan diamati. Fungsi dari minyak emersi tersebut agar tidak terkontaminan dan agar tidak terdapatruang udara.


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

Pada praktikum kali ini telah dilakukan pewarnaan sederhana bakteri. Berikut ini merupakan hasil gambar pengamatan pewarnaan:
  • Pewarna : Metilen Blue           =>         Pewarna : Safranin
  • Bentuk : coccus / bulat                          Bentuk : coccus / bulat
  • warna : biru                                            Warna : merah


4.2 PEMBAHASAN

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka air dan basa). Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, safranin dan karbol fuehsin.

Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.

Pewarnaan gram menghasilkan 2 (dua) kelompok besar bakteri, yaitu gram positif yang berwarna ungu dan gram negatif yang berwarna merah. Adanya hram positif dan gram negatif disebabkan oleh perbedaan bandingan dinding sel bakteri. Kandungan senyawa peptidoglikan pada dinding sel gram positif lebih tebal dibandingkan pada dinding gram negatif.
Beberapa cara pengecetan, yaitu:
- Pengecetan negatif
- Pengecetan sederhana
- Pengecetan gram
- Pengecetan ziehl nielsen
- Pengecetan kapsul
- Pengecetan spora
- Pengecatan flagella

Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe mofrologi (kokus, basilus, vibrio, dan spirilum).
Safranin adalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi . Safranin digunakan sebagai counterstain dalam beberapa protokol pewarnaan, mewarnai semua sel inti merah. Hal ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi kartilago, musin dan tiang sel butiran.

Safranin biasanya memiliki struktur kimia yang ditunjukkan di sebelah kanan (kadang-kadang digambarkan sebagai safranin dimetil). Ada juga trimetil safranin, yang memiliki menambahkan grup metil pada posisi-orto dari cincin yang lebih rendah. Kedua senyawa berperilaku dasarnya identik dalam aplikasi pewarnaan biologis, dan sebagian besar produsen safranin tidak membedakan antara keduanya. Persiapan safranin Komersial sering mengandung campuran dari kedua tipe. Safranin juga digunakan sebagai indikator redoks dalam kimia analitik .

Safranin juga merupakan azonium dengan senyawa dari simetris 2,8-dimetil-3 ,7-diamino-phenazine. Mereka yang diperoleh bersama oksidasi satu molekul daridiamina-butir dengan dua molekul dari amina primer ; oleh kondensasi senyawa-aminoazo para dengan amina primer, dan oleh aksi para-nitrosodialkylanilinesdengan sekunder dasar seperti diphenylmetaphenylenediamine. Mereka kristal padatan hijau metalik menunjukkan karakteristik keharuman , mereka mudah larut dalam air dan pewarna biru atau ungu. Mereka adalah bentuk dasar yang kuat dan stabil monacid garam. Hal ini dapat mudah diazotized, dan garam diazonium ketika direbus dengan hasil alcohol.

Morfologi/bentuk bakteri
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
a. Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
b. Diplococcus, jika bergandanya dua-dua
c. Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
c. Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
d. Staphylococcus, jika bergerombol
e. Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai

2. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
a. Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
b. Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai

3. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
a. Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
b. Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Bentuk tubuh atau morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
a. Atrik, tidak mempunyai flagel.
b. Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
c. Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
d. Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
e. Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:
a. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum kali ini kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pewarnaan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara yaitu dengan pengecatan gram, pengecatan sederhana dan pengecatan negative.
2. Pewarnaan sederhana digunakan untuk melihat bentuk dan struktur sel bakteri dengan menggunakan satu jenis pewarna seperti safranin atau kristal violet, sedangkan pewarnaan gram digunakan untuk membedakan antara bakteri gram (+) dan gram (-) dengan lebih dari satu zat warna.
3. Bakteri gram negatif pada teknik pewarnaan akan menghasilkan warna merah dan bakteri gram positif akan menghasilkan warna ungu.
4. Fiksasi panas adalah teknik yang dilakukan supaya smear bakteri tidak tercuci selama prosedur pewarnaan. Fiksasi panas dilakukan dengan melewatkan secara cepat smear yang dikering-anginkan dua-tiga kali pada api bunsen


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Irawan, 2008. Teknik Pewarnaan Mikroba. http://wordbiology.wordpress.com. 
Diakses pada hari Senin, 13 April 2008 pada pukul 19.00 WITA.
Pelczar, M. W., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta.
Suriawiria, U., 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.

Selasa, 07 Agustus 2012

pengalaman saat ujian praktek

hmm pengalaman pribadi saya waktu ujian praktikum parasitologi kemarin saya mendapatkan sebuah telur dari cacing yaitu telur cacing tambang dan telur cacing ascaris lumbricoides fertil.
  • Telur cacing tambang ciri-ciri utamanya:
=> bentuk oval simetris, beirsikan isi telur terkadang larva, dinding tipis. sedangkan
  • Telur cacing ascaris lumbricoides fertil ( bisa disebut dg telur yg dapat dibuahi) ciri-ciri utamanya:
=> dinding tebal, bulat, terdiri 3 lapis (hialin, albuminoid, dan vitelin)

okey guys
contoh telur cacing dapat buka di link dibawah ini....
telur-cacing-tambang.html dan telurcascaris-lumbricoides-cacing.html

mempelajari atlas anatomi


okey guys...
saya akan berbagi-bagi mengenai atlas anatomi..
nah bagi yang mau mempelajarinya silahkan saja download link ini saja okey..
soalnya kalau dijelaskan gak ada habisnya heheehe...

atlas-anatomi.html